Mahasiswa sebagai Sosok Perubahan

Mahasiswa adalah generas5 calon penerus bangsa yang diyakini mampu bersaing dan mengharumkan nama bangsa, juga mampu menyatukan serta menyampaikan pikiran dan hati nurani untuk memajukan bangsa. Mahasiswa juga dianggap sebagai kaum intelektual atau kaum cendekiawan oleh masyarakat. Gabungan antara kesadaran akan amanah dari rakyat untuk Indonesia yang lebih baik dan kesempatan menjadi kaum intelektuallah yang bisa menjadi kekuatan hebat untuk menjadikan Indonesia hebat. Selain itu mahasiswa adalah aset yang sangat berharga. Harapan tinggi suatu bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa. terutama dalam dunia pendidikan.

 

Bukan zamannya lagi mahasiswa untuk sekedar menjadi pelaku pasif atau menjadi penonton dari perubahan sosial yang sedang dan akan terjadi tetapi mahasiswa harus menjadi aktor utama perubahan tersebut dengan jiwa masyarakat yang akan dituju dari perubahan tersebut yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Mahasiswa harus menjadi agen pemberdayaan setelah perubahan yang berperan dalam pembangunan fisik dan non fisik sebuah bangsa yang kemudian ditunjang dengan fungsi mahasiswa selanjutnya yaitu social control, kontrol sosial, yang mengawasi dan mengawal jalannya perubahan bangsa sehingga menutup celah-celah adanya ketimpangan. Mahasiswa bukan sebagai pengamat dalam peran ini, namun mahasiswa juga dituntut sebagai aktor dalam masyarakat, karena tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa juga merupakan bagian masyarakat. Idealnya, mahasiswa menjadi panutan dalam masyarakat, berlandaskan dengan pengetahuannya, dengan tingkat pendidikannya, norma-norma yang berlaku disekitarnya, dan pola berpikirnya.

 

Sebagai seorang terpelajar dan bagian masyarakat, maka mahasiswa memiliki peran yang kompleks dan menyeluruh sehingga dikelompokkan dalam dua fungsi yaitu agent of change and social control. Dengan fungsi tersebut, tentu saja tidak dapat dipungkiri bagaimana peran besar yang diemban mahasiswa untuk mewujudkan perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas seorang mahasiswa mampu merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama. Ada satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa yaitu semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan. Mahasiswa sebagai calon pemimpin dan pembina pada masa depan ditantang untuk memperlihatkan kemampuan untuk memerankan peran itu. Mahasiswa sebagai agent of change  berarti mahasiswa seorang konsultan perubahan dan calon pemimpin bangsa masa depan, menggantikan generasi yang telah ada dan melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan perubahan. Untuk menjadi agent of change  tidak cukup mahasiswa hanya memupuk diri dengan ilmu spesifik saja, perlu adanya soft skill lain yang harus dimiliki mahasiswa seperti kepemimpinan, memposisiskan diri, interaksi generasi yang lain dan sensitivitas yang tinggi.

 

Maka komplekslah peran mahasiswa itu sebagai pembelajar sekaligus pemberdaya yang ditopang dalam dua peran: agent of change dan  social control. Hingga suatu saat nanti, mahasiswa memang benar-benar mampu memberikan kontribusi yang jelas kepada masyarakat serta mampu membangun kemajuan dan kemakmuran bangsa dan Negara Kesatuan Repunlik Indonesia tercinta ini . Kontribusi mahasiswa kepada bangsa pun banyak sekali bentuknya. Prestasi akademik dan non-akademik akan lebih bermakna bagi masyarakat Indonesia. Seperti prestasi di ajang internasional yang membanggakan bangsa, atau juga peran-peran lain yang langsung berefek pada perbaikan masyarakat. Hanya perlu mengarahkan mahasiswa saja untuk menyalurkan kepedulian mereka dalam jalur yang benar. Maka kemudian kita akan menyaksikan bahwa bangsa ini melangkah nyata menuju puncak kejayaannya, dengan mahasiswa sebagai penggeraknya.

 

Pada kenyataannya, mahasiswa zaman sekarang cenderung mengedepankan kesenangan dan kenikmatan dalam menjalani hidup. Kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan sekitar terlupakan dan tergantikan dengan kenikmatan sesaat. Fenomena hura-hura kerap ditemui di kampus. Semakin jarang terdengar percakapan akademis di lingkungan mahasiswa. Percakapan mereka lebih didominasi masalah fashion, film baru dan pacaran, serta aneka bentuk hedonisme lainnya. Sebagian besar dari mereka, entah mahasiswa atau mahasiswi, menghabiskan waktu dan uangnya untuk berburu kesenangan di tempat-tempat hiburan. Banyak kematian kelompok diskusi dikalangan mahasiswa. Mahasiswa lebih suka memberikan apresiasi pada kegiatan hiburan ketimbang aksi seminar dan penelitian. Jika ada pertunjukan musik di kampus, misalnya di auditorium, kawasan itu sesak oleh mahasiswa. Tetapi menjadi sepi saat berlangsung kegiatan akademik seperti seminar dan diskusi publik lainnya. Setiap malam kawasan kampus ramai bukan karena kegiatan akademik, namun oleh gerombolan mahasiswa yang begadang hingga dini hari untuk kegiatan yang tidak jelas.

 

Pengaruh gaya hidup hedonis sangat luar biasa dahsyatnya pada segala segi kehidupan, termasuk pada dunia pendidikan tinggi. Akibatnya, generasi muda mulai mengesampingkan spiritnya untuk terus meningkatkan kualitas diri sebagai generasi yang nantinya bertanggungjawab terhadap negara dan bangsa. Hedonisme menjadikan mahasiswa krisis karakter, sehingga tak mampu menjalankan predikatnya sebagai agent of social change dan agent of control.

 

Gaya hidup didefinisikan sebagai perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Secara sederhana gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup.

 

Kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani hēdonismos dari akar kata hēdonē, artinya “kesenangan” . Prinsip aliran tersebut menganggap bahwa sesuatu dianggap baik jika sesuai dengan kesenangan yang didapatkannya, sebaliknya sesuatu yang mendatangkan kesusahan, penderitaan, atau tidak menyenangkan dinilai tidak baik. Individu yang menganut aliran hedonis menganggap atau menjadikan kesenangan sebagai tujuan hidupnya. Kesenangan dan rasa sakit adalah satu-satunya hal penting utama yang membuat hedonisme khas dan memiliki filosofis yang menarik. Atribut kecenderungan gaya hidup hedonis meliputi lebih senang mengisi waktu luang di mall, kafe, dan restoran-restoran makanan siap saji (fast food) serta memiliki sejumlah barang-barang dengan merek prestisius. Remaja yang memiliki kecenderungan gaya hidup hedonis biasanya akan berusaha agar sesuai dengan status sosial hedon, melalui gaya hidup yang tercermin dalam simbol-simbol tertentu, seperti merek-merek yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan segala sesuatu yang berhubungan serta dapat menunjukkan tingkat status sosial yang tinggi. Untuk memahami gaya hidup pada remaja tidak hanya ditentukan pada faktor usia, kelompok sosial, namun lebih pada latar sosial budaya dan kepribadian remaja tersebut. Manakala gaya hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan menjadi prestige yang mengutamakan faktor kesenangan umumnya banyak ditemukan dikalangan remaja.

 

Menurut Jibi, Masrukhi menilai saat ini banyak mahasiswa yang lebih berorientasi pada gaya hidup. Ada lima wajah mahasiswa yang nampak dalam realitas diri dan sosial. Wajah pertama mahasiswa idealis-konfrontatif yang cenderung aktif menentang kemapanan seperti demonstrasi. Kedua mahasiswa idealis-realistis, lebih kooperatif dalam perjuangan menentang kemapanan. Ketiga, mahasiswa opportunis, yang cenderung mendukung pemerintah yang tengah berkuasa, kemudian mahasiswa professional, yakni mahasiswa yang hanya berorientasi pada kuliah atau belajar. Empat wajah mahasiswa ini ternyata hanya ada sekitar 10 persen, selebihnya adalah wajah kelima, yakni mahasiswa rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup glamor dan bersenang-senang. Jumlah mahasiswa di Indonesia pada 2010 mencapai sekitar lima juta orang, baik perguruan tinggi negeri, swasta, universitas terbuka, perguruan tinggi kedinasan dan perguruan tinggi agama. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 237 juta orang, maka jumlah mahasiswa ini hanya berada pada kisaran 2,4 persen. Jumlahnya memang relatif kecil. Mahasiswa yang memiliki pandangan idealis memiliki persentase yang kecil dibandingkan kelompok lain, namun kelima wajah mahasiswa itu sama-sama memiliki energi besar untuk bersatu-padu. Energi besar yang disebut collective consciousness (kesadaran kolektif) inilah yang menyebabkan gagasan, opini dari sekelompok kecil mahasiswa, akan menjadi gagasan besar mahasiswa dalam waktu cepat. Kesadaran kolektif yang dimiliki kalangan mahasiswa itu sudah terbukti dari sejarah perjalanan bangsa yang mencatat gerakan mahasiswa beberapa kali berhasil melakukan perubahan besar, misal reformasi. Karena itu, energi besar yang dimiliki mahasiswa harus mampu diberdayakan secara cermat oleh kalangan perguruan tinggi, untuk melakukan internalisasi nilai.

 

Mahasiswa yang digolongkan remaja menemukan adanya pergaulan masyarakat yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan hidup. Mahasiswa merupakan individu yang mudah terpengaruh oleh perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar, serta berada pada tahap pencarian jati diri dan selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Masyarakat cenderung menekankan pentingnya penampilan bagi wanita dibandingkan pria dan penampilan merupakan bagian dari gaya hidup. Fenomena tersebut menjadi proses adaptasi yang dialami oleh sebagian mahasiswi dalam memenuhi kebutuhan sosialnya. Peristiwa tersebut disebabkan mahasiswi mengalami hambatan sosial yang mengarah pada ketidak percaya dirian dan ditandai dengan cenderung merasa terasing, merasa tidak disayangi, tidak dapat mengekspresikan diri, dan terlalu lemah untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki. Proses perkembangan individu dalam masa remaja mengalami suatu perkembangan yang semakin diarahkan keluar dirinya, keluar lingkungan keluarganya, dan akhirnya kedalam masyarakat dan tempat yang akan ditempati didalam masyarakat. Gaya hidup hedonis tentu ada penyebabnya. Ada banyak faktor yang datang dari luar yang memicu emosi mereka menjadi hamba hedonis salah satunya yaitu faktor karakteristik kepribadian dari remaja itu sendiri. Didalam kepribadian dari remaja salah satunya yaitu kontrol diri. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan. Beberapa uraian tersebut menunjukkan bahwa kontrol diri berperan mencegah terjadinya kecenderungan gaya hidup hedonis pada mahasiswi, karena dengan kontrol diri yang dimiliki, mahasiswi mampu mengatur dan mengarahkan bentuk-bentuk perilakunya melalui pertimbangan kognitif sehingga dapat membawa kearah perilaku yang positif.

 

Berdasarkan uraian, masih ada kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Mahasiswa memiliki andil besar dalam perubahan yang terjadi di Indonesia. Mahasiswa diharapkan mampu menjalankan predikatnya sebagai agent of social change dan juga agent of control. Mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang utamanya berhubungan dengan ruang lingkup pendidikannya dan juga dituntut untuk lebih peka mengenai hal-hal yang terjadi disekelilingnya. Mahasiswa diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas dirinya sebagai generasi yang nantinya akan bertanggung jawab terhadap nusa dan bangsa dan diharapkan tidak terlibat dengan gaya hidup hedonis.

 

 

 

 

sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme

http://www.solopos.com/2011/09/28/banyak-mahasiswa-lebih-berorientasi-gaya-hidup-117856

http://www.kompasiana.com/imam_wicaksono/hedonisme-dan-gaya-hidup-mahasiswa-zaman-sekarang_55194d1881331184759de11f

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.